headline news

info : Pemerintah Menaikkan Harga BBM per 18 November 2014"

table of contents


Engineering Building http://www.facebook.com/groups/119799678179729/
Showing posts with label STUDY CASES. Show all posts
Showing posts with label STUDY CASES. Show all posts

MANAJEMEN OPERASIONAL ENGINEERING GEDUNG


Dalam manajemen operasional engineering bertujuan untuk memberikan suatu panduan menjalankan bagian engineering maintenance dari suatu gedung komersil, dimana hal-hal yang perlu diperhatikan terebut adalah sebagai berikut ;

1.0.
Setiap hari bagian administrasi engineering harus memeriksa jadwal perawatan berkala dan menyusun rencana kerja setiap bulan beserta material dan peralatan yang diperlukan.
Disamping hal tersebut diatas, bagian administrasi engineering juga bertugas untuk memonitor / memeriksa daftar Surat Perintah Kerja yang telah dikeluarkan dan memberi tanda atas pekerjaan-pekerjaan yang belum diselesaikan.



2.0.
Setiap penugasan kepada teknisi (service & repair) harus diinstruksikan secara tertulis dengan memakai formulir Surat Perintah Kerja / Work Order agar teknisi betul-betul mengerti tugas yang akan dikerjakan dan kemudian dapat disimpan di Maintenance Fille dari peralatan yang bersangkutan. Dengan melaksanakan hal ini maka data-data operasi dari setiap mesin tidak hilang dan dan dapat dilihat setiap saat untuk di-evaluasi bila terjadi kerusakan.

3.0.
Setiap hari semua peralatan-peralatan utama harus dimonitor dengan memeriksa dan mencatat data operasi pada formulir yang telah disediakan sebelumnya dan melaporkan dengan segera secara tertulis dalam Form “Laporan Kerusakan atau “Damage Report Form”.



4.0.
Demikian juga check-list untuk Perawatan mesin-mesin agar dibuatkan secara tertulis dalam bentuk formulir.
Setelah selesai dilaksanakan, teknisi / supervisor diwajibkan menulis pada tempat yang disediakan hal-hal yang memerlukan penanganan dengan segera (bila ada kelainan-kelainan) dan diserahkan kepada pimpinan untuk diperiksa dan disimpan di Maintenance File mesin yang bersangkutan.
Note:
Check List untuk perawatan harus dievaluasi dan direvisi sesuai dengan umur dan kondisi peralatan.



5.0.
Jadwal Pengoperasian Peralatan Gedung
Harus disusun secara rinci jadwal pengoperasian (on & off) peralatan-peralatan utama (contoh untuk menghindari pemakaian energi listrik / maupun air yang berlebihan).



6.0.
Inspeksi Bersama
Minimal satu kali dalam sebulan harus melakukan inspeksi bersama ke lapangan untuk memonitor keadaan yang sebenarnya dan mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki atau ditindaklanjuti.



7.0.
Rapat Koordinasi
Minimal satu kali dalam sebulan harus menyelenggarakan rapat koordinasi untuk membahas status pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai maupun pekerjaan-pekerjaan baru (yang didapat dari inspeksi bersama 6.0.  diatas)



8.0.
Equipment Operation Manual
Cara menjalankan dan mematikan peralatan utama harus disediakan secara tertulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti untuk dilaksanakan, terutama untuk:


a.
Mengoperasikan Emergency Generator secara otomatis dan manual

b.
Prosedur yang harus dilakukan bila interlock antara PLN dan Emergency Generator tidak bisa secara otomatis

c.
Prosedur mengoperasikan panel tegangan menengah

d.
Prosedur mengoperasikan pompa pemadam api

e.
Prosedur mengoperasikan panel utama fire alarm

f.
Prosedur mengeluarkan penumpang lift yang terperangkap

g.
Prosedur mengoperasikan lift dengan engkol dari ruang mesin

h.
Prosedur mengoperasikan peralatan A/C seperti Chilker, dll.



9.0.
Standard Operation Prosedure (S.O.P)
Management harus mengeluarkan S.O.P. untuk dipergunakan sebagai petunjuk pelaksanaan mutu pekerjaan seperti untuk:

a.
S.O.P. untuk plant rooms

b.
S.O.P. untuk peralatan-peralatan utama

c.
S.O.P. untuk mematikan dan menjalankan peralatan-peralatan.


10.0
Daftar Permintaan Pekerjaan (Worked Request List).
Setiap permintaan pekerjaan harus dicatat terlebihdahulu (dalam computer database atau log sheet) setiap hari oleh Bagian Administrasi Engineering dan kemudian memeriksanya setiap hari untuk memonitor progress dan memastikan tidak ada perkerjaan yang terlupakan.



11.0.
Bench Marking
Data operasionil agar didata dan dievaluasi setiap tahun untuk dijadikan bahan acuan atau bench marking seperti:

a.
Pemakaian energi listrik (KwH) per meter persegi  per bulan atau per tahun

b
Beban listrik (dalam volt-ampere) per meter persegi

c.
Pemakaian energi air per meter persegi per bulan

d.
Pemakaian energi listrik untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lampu, pompa dan lift

e.
Maintenance Cost untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lift, pompa-pompa, dll.

f.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekrjaan sperti mengganti lampu yang rusak, ganti oli genset, ganti seal pompa, service ac dll.

12.0.
Laporan Bulanan
Setiap bulan harus dikeluarkan laporan rutin yang berisi antara lain:

a.
Total Pemakaian energi listrik (contoh tabel Lampiran No. 7) untuk tenant dan building facilities (common area)

b.
Total pemakaian energi air untuk tenant dan building facilities

c.
Laporan kejadian-kejadian (bila ada):


c1.
Blackout PLN


c2.
Machinery Breakdown


c3.
Kegiatan pekerjaan perawatan dan perbaikan


c4.
Rencana kerja pada bulan berikutnya


c5.
Pekerjaan yang tertunda dari rencana kerja bulan sebelumnya.



13.0.
Filing dan Dokumentasi.


a. Semua data–data operasi dari mulai service, perbaikan, modifikasi, instalasi baru harus disimpan dengan baik pada file dari peralatan yang bersangkutan.Umpamanya.file genset no1 harus disimpan pada folder file genset no.1.

b.Semua dokumentasi teknik seperti gambar2 pada waktu konstruksi, dokumen spesifikasi, dokumen perencanaan, dokumen testing commissioning data sheet,as built drawing, factory manual.operation and maintenance manual harus disimpan dengan baik dan sewaktu waktu dapat dilihat dengan mudah bila ada yang memerlukan.
Satu set dari operation and maintenance manual harus disediakan diruang engineering sedangkan yang asli disimpan di central file.


14.0.
Training
Setiap tahun harus disusun jadwal pelatihan untuk semua tingkatan dari mulai level bawah sampai pimpinan.  Materi latihan harus meliputi antara lain (in-house atau keluar):

a.
Preventive Maintenance

b.
Kepemimpinan

c.
Safety

d.
Peningkatan pengetahuan:


d1.
Air Conditioning


d2.
Sistim Listrik


d3.
Sistim Mekanikal


d4.
Bahasa Inggris



15.0.
Petunjuk  cara operasi peralatan2 utama agar ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi peralatan terpasang.

16.0.
Gambar2 skematik sistim distribusi listrik,plambing,air conditioning, mekanikal, fire service & alarm agar ditempelkan pada tembok dari ruangan dimana peralatan-peralatan tersebut berlokasi.

17.0.
Setiap panel listrik harus dilengkapi dengan gambar diagram sehingga memudahkan pemeriksaan  bila ada kerusakan.

18.0.

SUKU CADANG (SPARE PARTS)


18.1
Pada tahun-tahun pertama pengadaan suku cadang cukup yang rutin saja (seperti filter, vee belt, fuse) karena mesin-mesin masih baru dan masih garansi.





Sesudah tahun pertama memasuki tahun kedua pengadaan suku cadang sudah mulai diperbanyak jenisnya, seperti:


a
Motor listrik untuk peralatan vital yang tidak mempunyai stand-by unit


b
Contractors


c
Cables for electrical, telephone, etc


d
Lightings


e
Bearing untuk elevator


f
Flexible coupling untuk pompa-pompa


g
Flexible joints.




18.2
Jumlah dari tiap-tiap jenis disesuaikan dengan:


a
Jumlah peralatan


b
Frequency pemakaian atau penggantian


c
Waktu yang diperlukan untuk memesan barang tersebut.




18.3
Gudang Material


a
Tempat penyimpanan suku cadang dan tools


b
Semua suku cadang maupun material apa saja harus dimasukkan kedalam kartu stock (stock card)


c
Setiap satu jenis barang memiliki satu kartu stock.



Selengkapnya...

AUDIT ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

  • 1. DEFINISI AUDIT ENERGI 

    Energi merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembangunan. Dengan akselerasi pembangunan yang meningkat dewasa ini, pertambahan penduduk dan peningkatan taraf hidup menyebabkan laju konsumsi energi semakin meningkat pula. Tanpa dilakukannya usaha menghemat energi, akan mengakibatkan habisnya cadangan energi dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) tidak dapat direalisasikan. Penggunaan energi di Indonesia dapat dikelompokkan dalam sektor-sektor industri rumahtangga bangunan komersial dan transportasi. Penggunaan energi pada sektor industri dan bangunan komersial cukup tinggi dibandingkan yang lain sehingga perlu menjadi fokus kegiatan konservasi energi. Makin berkembangnya perekonomian dicatat dengan makin banyaknya pendirian bangunan komersial karena itu Khusus untuk bangunan komersial perlu dilakukan langkah-langkah konservasi energi sebelum dan sesudah pembangunan gedung komersial tersebut. Pada bangunan gedung pengguna energi dapat dikelompokkan pada empat pengguna energi terbesar yaitu : Sistem AC, Sistem pencahayaan, sistem transportasi gedung, peralatan kantor dan lainnya. Dari hasil survei sejumlah pihak didapatkan persentasi penggunaan energi peralatan gedung komersial rata-rata adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini ; Gambar persentase penggunana energi di gedung Sumber : Ditjen LPE, Departemen Energi dan sumberdaya Mineral Ada perbedaan hasil yang significant dalam melaksanakan konservasi energi di bangunan sebelum dan sesudah pembangunan gedung tersebut. Pembangunan suatu gedung komersial yang direncanakan secara matang untuk memenuhi kaidah-kaidah konservasi energi akan memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi pemilik dan pemakai gedung tersebut. Dengan perencanaan awal yang matang dan menyeluruh serta memenuhi kaída-kaidah hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan pemakaian gedung seperti kenyamana termal dan visual maka pemakaian energi gedung akan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perencanaan hemat energi. Dengan rendahnya pemakaian energi gedung akan memberikan manfaat untuk pemilik gedung dengan kemampuan yang tinggi untuk menggunakan bangunan secara terus menerus karena biaya operasionalnya yang rendah. Biaya opersional yang rendah untuk gedung komersial selanjutnya akan membuat harga sewa gedung menjadi lebih rendah sehingga mendorong para penyewa tetap bertahan di bangunan tersebut. Konservasi energi adalah salah satu bentuk pengelolaan energi yang benar dan efisien. Alat utama kegiatan konservasi energi adalah audit energi. Seperti juga halnya audit keuangan, audit energi merupakan suatu penelusuran atas sumber daya energi dari mulai masuknya sampai ke pengguna akhir untuk mencari kebocoran kebocoran serta membuat rekomendasi yang akan memperbaiki sistem pemanfaatan energi dari suatu fasilitas (gedung atau pabrik). Sebagai contoh untuk melaksanakan kegiatan konservasi energi pada bangunan gedung baik sebelum ataupun sesudah bengunan itu berdiri harus melihat hal-hal sebagai berikut : · 
    Sistem Selubung Bangunan · Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung · Sistem Tata Cahaya Pada Bangunan Gedung · Sistem transportasi gedung dan motor-motor · Sistem kelistrikan gedung · Sistem otomasi terigtegrasi gedung Hal lain yang menjadi faktor keberhasilan kegiatan konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam menghemat energi 

    1. Selubung bangunan 

    Selubung bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh bangunan dalan menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi komponen selubung bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta selubung atap. Luasan dan jenis selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi perolehan kalor/panas, akibat konduksi dari luar dan radiasi matahari. Untuk mengurangi perolehan panas yang berarti pula menurunkan beban pendinginan sistem AC, maka pemilihan dinding luar dan atap serta kaca dan kombinasi luasan dinding dengan kacanya akan menjadi penentu efektifitas selubung bangunan dalam menghambat aliran panas dari luar. Sistem AC yang menjadi pengguna energi terbesar di gedung sekitar 60 persen menyebabkan perhatian terhadap selubung bangunan ini harus lebih mendalam. Disain selubung gedung yang terlalu banyak melibatkan jendela kaca menyebabkan beban pendinginan AC yang besar sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC yang besar. Diperlukan suatu kombinasi antara dinding keras dan kaca dari selubung bangunan gedung yang optimal serta penggunaan peneduh dan vegetasi yang baik diluar gedung. Sebagai tolok ukur tingkat efektiftas selubung bangunan ini dalam mengatasi beban AC telah ditetapkan untuk kondisi Indonesia ukuran RTTV (Roof Thermal Transfer Value)untuk selubung atap dan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk selubung dinding. 

    2. Sistem Tataudara 

    Pada bangunan gedung sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling besar penggunaan energinya yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini menjadikan sistem AC sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di gedung. Sistem AC pada gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu sistem refrigerasi yang merupakan penggerak utama pengkondisian udara. Sistem refrigerasi ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini masih banyak menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta menimbulkan pemanasan global. Sistem kedua adalah sistem tataudara yang mengalirkan udara pada duct setelah didinginkan oleh sistem refrigerasi. Pada sistem tataudara ini terdiri atas duct aliran udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser pendistribusi udara dingin. Parameter tingkat hemat sistem AC gedung adalah ditandai dengan efisiensi sistem refirgerasinya dan pencapaian kenyamanan ruangan sesuai standar kenyamanan orang Indonesia. Tingkat efisiensi sistem AC ditandai dengan kemampuan pengambilan panas gedung dibandingkan dengan energi listrik yang dikonsumsi angka standar efisiensi sistem refrigerasi gedung menurut SNI tahun 1993 maksimum kw/TR sebesar 0,9. Angka ini menunjukkan bahwa sistem refrigerasi maksimum menkonsumsi listrik 0,9 kW untuk menghasilkan kemampuan mengambil panas gedung sebesar 1 Ton Refrigerasi atau 12.000 Btu/hr atau 3024 kcal/jam. Sementara tingkat kenyamanan dalam ruangan dimana sistem AC-nya beroperasi pada kondisi efisien energi adalah pada suhu 25 + 2 oC dan kelembaban udara relatif sebesar 60 +10 % Suatu sistem yang baik seperti sistem AC yang efisien perencanaan awal dalam penentuan jenis sistem AC yang dipilih serta peralatan yang diadakan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan konservasi energi pada sistem AC gedung. Ada berbagai macam sistem refrigerasi yang dapat dipilih untuk kondisi gedung tertentu seperti sistem chiller water cooler, chiller air cooler, sistem package atau kombinasinya. Sementara pada sistem distribusi udara bisa menggunakan sistem seperti AHU dengan chilled water atau refrigerant atau juga menggunakan fan coil sistem untuk mengalirkan udara dingin ke ruangan-ruangan yang dilayani oleh sistem AC. Pemilihan sistem refrigerasi dan distribusi udara ditentukan oleh banyak faktor terutama adalah kondisi dan lokasi penempatan dari sistem AC di gedung serta anggaran yang dimiliki oleh pemilik gedung. Selain itu yang terutama adalah bahwa sistem AC yang didisain kapasitasnya sesuai dengan beban panas yang harus diatasi. Program konservasi energi pada sistem AC lebih baik dilakukan pada saat awal perencaaan bangunan dibandingkan dengan setelah bangunan itu berdiri karena modidikasi sistem yang telah ada akan lebih menyulitkan dan akan mempengaruhi bagian-bagian lain dimana semua sistem telah dihitung secara terintegrasi. 

    3. Sistem tatacahaya 

    Pada bangunan gedung sistem tatacahaya menempati urutan kedua dalam mengkonsumsi energi listrik. Pada bangunan gedung pada umumnya pencahayaan digunakan untuk area publik seperti membaca di kantor, lorong-lorong dan lobby sehingga pencahayaannya lebih terdistribusi. Perencanaan pencahaayan gedung yang hemat energi akan lebih baik dilakukan sebelum bangunan berdiri karena sifatnya yang terdistribusi sehingga mempengaruhi area yang luas dari tempat lampunya berada. Perubahan sistim pencahayaan atau retrofitting setelah bangunan berdiri akan memberatkan biaya perubahan langit-langit dari ruangan yang diperbaiki. Untuk mendapatkan pencahayaan dalam ruangan yang optimal diperlukan pemilihan jensi lampu yang hemat energi sesuai dengan peruntukkan ruangan serta pemilihan armatur yang efektif dalam merefleksikan cahaya ke bawah. Penentuan jenis warna dinding serta letak tinggi dari armatur sangat menentukan tingakt pencahayaan yang sampai ke bidang yang akan diterangi. Tingkat terang ini akan menentukan berapa banyak jumlah lampu dan daya masing-masing lampu yang diperlukan. Pencahayaan ruangan yang hemat energi ditentukan juga oleh efisiensi lampu yang ditandai dengan parameter lumen per watt.. Untuk penerangan publik yang menggunakan jenis lampu fluorescent, penggunaan ballast elektronik akan lebih mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dalam ruangan. Indonesia adalah negara tropis yang dianugrahi cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun. Sumber cahaya yang gratis dan murah ini tidak secara optimal dimanfaatkan sebagai sumber cahaya penerangan alami siang hari. Ada kekhawatiran bahwa penggunaan cahaya alami ini akan menambah beban AC gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu adalah cahaya pantulan dan bukan cahaya langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang gelombang yang tinggi sementara cahaya langsung masih mengandung spektrum yang memiliki panjang gelombang rendah. Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini akan menimbukan efek rumah kaca sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek rumah kaca dan menjadi beban pendinginan AC yang rendah. 

    4. Sistem Transportasi gedung 
    Saat ini gedung komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan untuk menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan lahan yang menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas. Perencanaan awal transportasi vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor seperti peruntukan gedung, laju perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi sistem transportasi verticalnya. Sistem trasnportasi vertical yang modern dan dapat diprogram ulang adalah sistem yang akan lebih mendukung program konservasi energi dalam gedung baik dalam perencanaan awal maupun retrofit dikemudian hari. 

    5. Sistem kelistrikan 

    Sumber utama energi untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini bisa disuplai dari PLN atupun dari genset milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam perencanaan awal sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem kelistrikan gedung. Aspek konservasi energi dari sistem kelsitrikan gedung adalah terbaginya beban secara merata pada masing-masing fasa, telah terpisahnya msing-masing beban seperti AC, penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah adanya alat pengukur konsumsi energi lisitrik pada masing-masing sistem pengguna energi sehingga pemakaian energinya dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk menilai keberhasilan sejumlah langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada sistem-sistem pengguna energi tadi. Selain itu dengan telah terpisahnya beban listrik sistem pengguna energi pada saluran kabel yang berbeda akan memudahkan kontrol operasi sistem tadi apalagi jika gedung menggunakan sistem otomasi terintegrasi (Building Automation System/BAS). Pemasangan kapasitor bank pada jaringan listrik diawal pembangunan juga akan meningkatkan efisiensi penggunan listrik sistem kelistrikan gedung. Jika tidak dilakukan minimal ada alokasi tempat yang tepat di panel induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian hari, Pemilihan genset yang efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset diperlukan untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak jika saat dimana harga energi alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan ekonomis. 

    6. Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS) 

    Dengan kemajuan teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan performa operasi sistem-sistem pengguna energi digunakan building otomation system (BAS) penggunaan BAS ini juga dapat mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada operasional sistem AC penggunaan BAS akan dapat mengatur jam nyala dari sistem chiller dan AHU serta mengatur jumlah chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS ini akan dapat mengatur jam nyala dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang nyala disesuaikan dengan pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan lampu dan sistem AC tadi hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa jaringan kabel listriknya telah terpisah masing-masing. Sementara itu pada lift penggunaan BAS dapat mengatur jumlah lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan. Penggunaan sistem BAS ini sudah tentu akan dapat mendukung program penggunaan energi listrik yang efisien pada bangunan gedung dengan syarat bahwa sistem kelistrikan dan semua sistem pengguna energi tadi direncanakan secara terintegrasi dan dipersiapkan dari awal untuk dikontrol oleh BAS. 

    7. KAPAN AUDIT ENERGI DIPERLUKAN 

    Audit energi adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan pengguna energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada peralatan-peralatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler dan motor-motor. Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka langkah-langkah untuk melakukan efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi lebih terarah. Untuk menetapkan tingkat efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung dilakukan perbandingan hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang berlaku seperti SNI dan lainnya. Audit energi : ” Kegiatan yang dimaksud untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam suatu fasilitas pengguna energi ”. Tujuan audit energi : ” Adalah untuk menentukan cara yang terbaik untuk mengurangi penggunaan energi per satuan output dan mengurangi biaya operasi/biaya produksi ” Ada 4 pertanyaan dasar yg harus perlu dijawab dalam Audit Energi baik di : “ bangunan kantor, komersial atau fasilitas publik “
  1. Berapa banyak energi yang telah digunakan, dan dimana sajakah dimanfaatkannya?
  2. Berapa banyak energi yang harus digunakan pada kondisi operasi yang ada saat ini?
  3. Seberapa hemat energi yang dapat dikonsumsi pada kondisi operasi yang telah diperbaiki?
  4. Seberapa aman/sehat bagi manusia dan lingkungan pemanfaatan energi tersebut? Suatu kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program konservasi energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus dibedakan dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi ini adalah suatu kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan efisien pada suatu fasilitas pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas atau kenyamanannya. Untuk mencapai ini diperlukan batasan-batasan standar yang harus ditaati. Dengan adanya batasan ini maka penghematan energi tidak akan dilakukan secara semena-mena sehingga merugikan pengguna, sebagai contoh ada persepsi yang salah mengghemat energi lampu pada ruangan kantor adalah dengan mematikan begitu saja sejumlah lampu pada ruangan itu, sehingga mengakibatkan sulitnya kegiatan membaca dan aktifitas lainnya. Mematikan lampu pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang minimal (lux) yang harus dipenuhi agar sesuai dengan peruntukkannya.
Selengkapnya...

Upaya Penghematan Energy Listrik Gedung

Kenaikan harga riil listrik tidak bisa dihindarkan. Kenaikan harga listrik dunia rata-rata 7% setahun, sedangkan Indonesia sudah dicanangkan akan ada kenaikan 6% tiap 4 bulan. Salah satu alasan kenaikan harga ini adalah untuk membangun pembangkit baru guna mencukupi kebutuhan kenaikan konsumsi listrik. Jika setiap konsumen bisa menghemat antara 5 - 10% saja, maka ada kemungkinan pada tahun ini tidak diperlukan pembangkit baru. Pemerintah bisa ikut berperan untuk mendukung program penghematan energi ini dengan memberikan insentif pada pelaksanaannya. Sesungguhnya program hemat energi ini memberikan keuntungan pada semua pihak, konsumen bisa mengurangi pembayaran rekening, perusahaan listrik tidak dikejar-kejar bikin pembangkit baru, pemerintah bisa mengurangi jumlah rencana hutang. Program penghematan listrik adalah bukan sekedar masalah teknis semata, melainkan merupakan pertimbangan dan keputusan manajemen, terutama ditinjau dari segi keuangan. Uraian di bawah ini terutama ditujukan untuk para pemakai listrik yang besar dengan rekening listrik diatas Rp100 juta per bulan.

Secara garis besar cara penghematan pemakaian energi dapat dibagi dalam 5 kategori yaitu:

1. Peninjauan ulang sistem teknis dan perbaikan arsitektur bangunan.

Dari hasil studi, statistik dan pengukuran pada sejumlah gedung bertingkat di indonesia diperoleh fakta bahwa beban listrik untuk AC rata-rata mencapai sekitar 60% dari seluruh pemakaian listrik. Oleh karfena itu fokus penghematan harus diarahkan pada sistem pendinginan ini, misalnya memilih/mengganti unit AC dengan yang mempunyai EER rendah atau memperbaiki sistem aliran refrigerant agar bisa lebih hemat listrik, dan mengurangi beban pendinginan. Salah satu beban pendinginan yang besar adalah sinar matahari yang langsung masuk ke dalam ruang, terutama antara jam 10 pagi sampai jam 15. Dengan memasang penghalang sinar matahari pada sisi timur dan barat di luar gedung pada sudut jam 10 dan jam 14, akan bisa sangat mengurangi secara drastis beban pendinginan. Pemasangan vertical blind di dalam gedung tidak ada artinya bagi mesin AC, karena radiasi sinar matahari sudah terlanjur masuk ke dalam ruang dan akan tetap menjadi beban mesin AC. Perambatan panas matahari melalui dinding dapat dikurangi dengan menambah isolator panas. Isolator panas yang cukup baik adalah udara. Pemakaian dinding dobel dengan jarak antara dinding sekitar 10 cm akan sangat menghambat perambatan panas. Pemakaian batako pres dengan rongga udara di bagian tengah juga bisa mengurangi perambatan panas. Udara dingin yang keluar atau udara panas yang masuk sama-sama memboroskan energi. Dengan melakukan peninjauan ke lapangan, ke setiap ruang, selalu akan dapat diperoleh beberapa lubang kebocoran udara dingin dengan udara panas yang harus segera ditutup. Hasil pengukuran di pintu lobi hotel yang dibiarkan terbuka pada siang hari, dan udara dingin keluar, menunjukkan pemborosan sebesar 5000 watt, yang setara dengan 10 bh rumah rakyat KPR-BTN. Pemasangan pintu tutup otomatis, pintu putar atau alat ?air curtain? bisa mengatasi masalah ini.

2. Perbaikan prosedur operasionil secara manual.

Beberapa prosedur operasional yang dapat dengan mudah dilaksanakan antara lain: mewajibkan kepada para pemakai gedung untuk selalu mematikan lampu atau AC jika sedang tidak ada orang, mematikan lampu yang dekat jendela kaca pada siang hari, tidak menyalakan pompa pada jam 18-23 karena harga listrik lebih mahal, selalu menutup pintu dan jendela yang memisahkan ruang berAC dengan yang tidak, selalu memeriksa lampu jalan dan lampu taman yang sering lupa untuk dimatikan pada siang hari. Prosedur operasional yang tampaknya sederhana ini ternyata dalam pelaksanaannya tidaklah semudah seperti yang dikatakan. Diperlukan petunjuk, teguran, pengawasan yang terus menerus dan melibatkan banyak orang, sampai menjadi suatu kebiasaan atau budaya hemat listrik.

3. Perbaikan prosedur operasionil secara otomatis.

Cara seperti no 2 di atas masih mudah dan bisa dilaksanakan untuk gedung pendek atau pabrik kecil, dan akan menjadi sulit dilaksanakan untuk gedung 25 lantai atau pabrik lebih besar dari 5000m2. Untuk mengatasi kesulitan ini, telah tersedia banyak jenis sensor dan actuator untuk berbagai keperluan. Sensor level cahaya, sensor pintu sedang terbuka/tertutup, sensor keberadaan seseorang di dalam ruangan, pengatur waktu otomatis, dan lain sebagainya bisa dirangkai dan dikombinasikan untuk mencapai tujuan penghematan listrik. Konfigrasi jaringan sensor juga bisa direncanakan dengan seksama. Bahkan sekarang juga telah tersedia teknologi ?addressable? sensor, actuator dan monitor. Setiap unit bisa diberi address, dan hubungan antar unit cukup dilihat sebagai antar address. Selama addressnya sama, dimanapun berada, selalu bisa saling berhubungan. Semua koneksi komunikasi dilakukan secara paralel dengan cukup menggunakan 2 kabel telepon biasa. Misalnya sensor keberadaan orang di ruang rapat lantai-17 diberi address nomer 34, maka jika ada orang di dalam, maka lampu ruang (address=34) akan menyala, AC ruang rapat (address=34) akan menyala, lampu tanda minta kopi di pantry (address=34) menyala, lampu tanda monitor di ruang kontrol di basement (address=34) juga menyala. Jika Ruang Rapat tersebut kosong dalam waktu 10 menit, makan semua yang berhubungan dengan address 34 akan mati semua. Petugas jaga di ruang monitor mempunyai kuasa untuk mematikan semua yang berhubungan dengan adress no 34. Semua dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, tanpa komputer. Salah satu kelemahan BAS (Building Automation System) terletak pada SDM yang sering ?gaptek? (gagap teknologi) program komputer, baik pada sisi operator maupun manajemen. Dengan demikian, banyak BAS yang tidak dipakai secanggih kemampuannya.

4. Pemasangan alat penghemat listrik di seluruh instalasi.

Pada prinsipnya pada kebanyakan beban (peralatan yang memakai listrik), selalu bisa dihemat listriknya walau sedikit. Di sini diperlukan kejelian dan keahlian untuk menentukan memilih jenis beban dan alat yang sesuai untuk penghematan. Beban lampu pijar, lampu neon, pemanas, unit AC, motor, dan lain-lain, semuanya mempunyai alat penghemat yang spesifik/unik berdasarkan kinerja beban, schedul pemakaian beban. Dalam persoalan ini, yang lebih penting adalah ?multiplier effect? dari penghematan yang kecil-kecil ini. Pengertian ?multiplier effect? ini yang masih sulit diterima oleh sebagian besar teknisi/insinyur kita, yang sudah terbiasa dengan penghematan secara parsial. Berapa tingkat penghematan total yang bisa diperoleh untuk suatu instalasi, hanya bisa diestimasi berdasarkan statistik dari banyak program/ proyek yang pernah dilakukan. Perusahaan yang bergerak dalam bidang penghematan energi listrik ini mempunyai rahasia angka ?multiplier? yang tidak bisa dibuka terhadap clientnya. Dengan demikian kontrak yang bisa dilakukan berupa ?Result Oriented Contract?, atau ?Performance Contract?, terhadap tingkat penghematan yang mencakup seluruh instalasi/jaringan listrik dalam satu gedung tinggi, kompleks bangunan atau pabrik. Perusahaan Kontraktor Penghemat Biaya Listrik melakukan audit energi yang biasa dipakai, mencari peluang kemungkinan di mana saja bisa dilakukan penghematan, menghitung/estimasi besar penghematan, menjamin besar penghematan dalam persen, menghitung waktu pengembalian modal (payback period). Dengan cara ini, tingkat penghematan yang bisa dicapai antara 5-20%, dengan payback period sekitar 30 bulan

5. Perbaikan kwalitas daya listrik.

Dalam seminar HAEI (Himpunan Ahli Elektro Indonesia), November 2001, terungkap bahwa di beberapa instalasi di Jakarta ditemukan beberapa anomali parameter listrik, misalnya arus netral lebih besar daripada arus fasa, alat pemutus daya bekerja walau beban arus terukur masih 60% dari kapasitasnya, motor lebih cepat panas dari biasanya. Semula hal-hal ini membuat bingung para insinyur listrik dan untuk mengatasinya sementara, mereka menambah ukuran kawat netral, sehingga sama dengan ukuran kawat fasa (yang biasanya cukup setengah dari kawat fasa), memperbesar kapasitas pemutus daya, kapasitas motor dlsb. Di sinilah ternyata telah dilakukan salah satu pemborosan baik berupa biaya listrik bulanan maupun biaya modal investasi. Salah satu penyebabnya adalah adanya ?harmonisa? yang timbul/ada di dalam jaringan listrik.

Seperti halnya pengetahuan tentang tubuh manusia, harmonisa bisa dianalogikan dengan kolesterol di dalam darah. Kolesterol merambat ke seluruh aliran darah, bisa menyumbat saluran darah, membuat jantung bekerja lebih keras, menyumbat otak, bahkan bisa menghentikan kerja jantung. Harmonisa juga merambat ke seluruh jaringan instalasi, membuat kabel lebih panas, mesin-mesin motor lebih panas (kemampuan menurun), sambungan-sambungan pada pemutus daya lebih panas, trafo utama (jantung bangunan) lebih panas. Hal yang fatal bisa terjadi adalah panas berlebih pada kabel, sambungan kabel dan pada trafo yang bisa meledak dan bisa mengakibatkan kebakaran.

Harmonisa ini, disamping menjalar di dalam instalasi satu konsumen, bisa menjalar ke instalasi tetangga yang berdekatan, bahkan menjalar sampai ke trafo PLN di Gardu Distribusi dan Gardu Induk. Jadi, tidak heran jika ada Gardu Distribusi atau kabel PLN yang semula aman aman saja, tiba-tiba bisa meledak.

Harmonisa timbul pada 2 dekade belakangan ini akibat pemakaian alat-alat ?modern?, yang banyak dipakai untuk sistem kontrol yang lebih baik, misalnya inverter, pengatur kecepatan/putaran, UPS (Uninteruptible Power Supply), ballast elektronik, pengatur temperatur pemanas industri (oven, heater) yang menggunakan SCR/chopper, dll.

Fenomena harmonisa ini tidak bisa dideteksi dengan alat-alat ukur biasa yang ada pada panel kontrol atau tang-amperemeter biasa. Seperti halnya stetoskop biasa yang tidak bisa mendeteksi kolesterol atau kinerja jantung dengan teliti, maka diperlukan alat ECG, maka untuk harmonisa ini juga diperlukan spektrum analyzer yang bisa mendeteksi tingkat harmonisa 1 s/d 31 dan besaran nilai harmonisa dalam persen dan bisa menghitung nilai total harmonisa, pada arus dan tegangan.

Untuk mengatasi masalah harmonisa ini, bisa dipasang alat penyaring dan penyumbat (filtering and blocking) pada sumber-sumber harmonisa atau pada panel utama konsumen. Dari hasil pengukuran harmonisa bisa ditentukan besaran filter yang sebaiknya dipakai. Jika beban berubah-ubah, nilai filter juga bisa dibuat otomatis berubah sesuai dengan perubahan beban.

Pemborosan energi juga terjadi pada besaran listrik lain, yakni pada tegangan dan arus yang tidak seimbang, power factor, arus/tegangan surja (surge, impuls), tegangan surut sesaat, kehilangan catu daya sesaat, catu daya hilang 1 fasa. Asosiasi produsen listrik Amerika (NEMA), menerbitkan grafik karakteristik mesin motor, yang menunjukkan bahwa ketidak-seimbangan tegangan supply sebesar 5% saja, bisa mengakibatkan kenaikan panas sebesar 50%, dan mengakibatkan penurunan kapasitas sebesar 25%. Jika mesin motor 10 PK tidak mampu mengangkat beban sebesar 10 PK atau bahkan 8 PK, maka perlu dicurigai, dan ini yang sering lolos dari perhatian manajemen. Teknisi biasanya hanya menyarankan untuk memakai motor yang lebih besar saja, biar aman, tetapi tanpa sadar memboroskan modal dan rekening listrik. Dengan alat ukur dan recorder yang bisa sekaligus, pada saat yang bersamaan, membaca grafik tegangan pada masing-masing fasa, ternyata pada banyak kasus, terjadi perbedaan tegangan fasa sekitar 2 ? 7 Volt. Ketidak-seimbangan arus fasa menyebabkan terjadinya arus netral yang tidak wajar, menyebabkan panas berlebih pada kawat netral (kawat nol), yang juga memboroskan energi. Dengan memasang alat-alat penyeimbang fasa tegangan dan arus, maka kerugian/pemborosan bisa dikurangi. Alat-alat kontrol pabrik atau instalasi gedung bertingkat bisa terganggu akibat tegangan surut sesaat, kehilangan catu daya sesaat, atau catu daya hilang satu fasa. Kerugian akibat berhentinya pabrik atau aktivitas gedung akibat gangguan alat kontrol tersebut tidak mudah untuk dihitung secara umum, tetapi secara kwalitatif pasti terjadi kerugian yang besar pada kasus-kasus khusus, misalnya percetakan koran, pabrik dengan proses batch yang tidak bisa diulang.

Perbaikan kwalitas daya dengan mengurangi pemborosan yang selama ini dilakukan tanpa disadari, bisa mencapai penghematan total sebesar 5 ? 25% dari rekening bulanan. Angka ini berasal dari statistik program pelaksanaan penghematan energi, dan merupakan ?multiplier effect? dari penghematan kecil-kecil pada tiap parameter listrik.

Investasi yang diperlukan untuk mendanai program-program penghematan energi ini, dengan tingkat penghematan seperti di atas, dapat kembali dalam waktu sekitar 24 bulan, atau bisa mencapai tingkat ROI (return on investment) sebesar 30-38%. Jika investasi ini dipandang sebagai pendirian usaha baru, maka ini adalah usaha yang memberikan keuntungan pasti, bisa berjalan sendiri, tanpa menambah tenaga kerja, tanpa demo, tanpa pemogokan. Jika bank sekarang ini pada kondisi over-liquid, kenapa tidak menyalurkan dana pada program ini?. Jaminan payback period bisa di perkuat dengan jaminan asuransi, maka ini merupakan lahan baru bagi perusahaan asuransi di Indonesia. Investasi untuk program ini jika dihitung rupiah/kwh terhemat, masih jauh lebih kecil dari pada rupiah/kwh pembangkitan.


Selengkapnya...