headline news

info : Pemerintah Menaikkan Harga BBM per 18 November 2014"

table of contents


Engineering Building http://www.facebook.com/groups/119799678179729/
Showing posts with label MECHANICAL. Show all posts
Showing posts with label MECHANICAL. Show all posts

MENETUKAN JUMLAH LIFT DALAM GEDUNG

Sebelum membuat sebuah gedung kita perlu merancang dulu kebutuhannya. Berapakah  jumlah orang didalam gedung tersebut, apa fungsi dari gedung tersebut. Akan sangat disayangkan apabila gedung yang tinggi dan mewah tidak memiliki lift yang mendukung untuk mengantarkan penghuninya dengan efektif.
Kapasitas lift sendiri dapat di definisikan dalam handling capacity, yaitu berapa banyak orang yang dapat diangkut / diantar dalam rentang waktu tertentu (biasanya 5 menit / 300 detik). Sedangkan faktor yang mempengaruhi handling capacity sendiri adalah : Jumlah lift,  jumlah penumpang dan kecepatan lift nya.

Untuk setiap perbedaan fungsi gedung berbeda juga kapasitas yang diinginkan. Sebagai contoh: Dalam merancang lift untuk kantor / office building diharapkan dalam 5 menit sekitar 11-15% dari populasinya dapat terangkut. Hal ini dikarenakan adanya lonjakan pengunjung saat jam masuk kerja. Sedangkan untuk apartement / hotel handling capacity yang diharapkan lebih kecil dari gedung kantor dikarenakan interval datangnya pengunjung yang lebih merata.
Kebutuhan lift sendiri sangat penting direncanakan dari awal. Karena apabila pembangunan gedung sudah selesai, sangat susah untuk merubah atau menambah jumlah lift atau merubah kecepatan lift . Karena itu pastikan kebutuhan lift sebelum membeli lift.

Berikut guide line untuk penentuan jumlah elevator :


1. FAKTOR BEBAN PUNCAK LIFT (PEAK LOAD FACTOR)

Beban puncak lift tergantung :
- jenis gedung
- lokasi gedung
di Indonesia,
kantor : 4% dari jumlah penghuni gedung
flat : 3% dari jumlah penghuni gedung
hotel : 5% dari jumlah penghuni gedung
RS : 5% dari jumlah penghuni gedung
Taksiran kepadatan pengguna gedung per m2
perkantoran : 4 m2/orang
flat : 3 m2 /orang
hotel : 5 m2/orang

2. WAKTU PERJALANAN BOLAK-BALIK LIFT (ROUND TRIP TIME)
Waktu yang diperlukan lift berjalan bolak-balik dari lantai terbawah hingga teratas (dalam zone), termasuk waktu berhenti, pemumpang keluar masuk lift dan pintu membuka dan menutup di setiap lantai tingkat, dengan kapasitas “m“ orang, dirinci sebagai berikut :
1. Penumpang masuk lift di lt dasar = 1.5*m detik/orang
2. Pintu lift menutup di lantai dasar = 2 detik
3. Pintu lift membuka dan menutup di setiap lantai = (n-1)*2 detik
4. Penumpang keluar per lantai = {(n-1)*m}/{(n-1)*1.5} detik
= 1.5*m detik
5. Perjalanan bolak balik lift (dasar ke atas) = (2(n-1)*h)/s detik
6. Pintu lift membuka di lantai dasar = 2 detik
dengan,
h = tinggi lantai ke lantai (m)
m = kapasitas lift (orang)
n = jumlah lantai/zone (buah)
s = kecepatan lift (m/s)
Jumlah = T = ((2h+4s)(n-1)+s(3m+4))/s detik


3. KAPASITAS ELEVATOR (LIFT)

- Daya muat atau kapasitas , tergantung pabrikan.
– Lazimnya : 5 s.d 20 orang
– Untuk kebutuhan khusus : 50 orang (double deck)

Penentuan kapasitas Lift harus direncanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu puncak dimana terjadi konsentrasi penumpang tertinggi.
Disarankan,
a. Untuk gedung kecil ~ menengah, kapasitas passanger ≥ 15 penumpang load kapacity of 1000 kg)
b. Untuk gedung tinggi/hotel, kapasitas passanger passanger ≥ 24 penumpang (load kapacity of 1600 kg)
c. Pintu lift sebaiknya didesain terbuka dari tengah dan ukuran lebar ruang masuk disarankan selebar mungkin dengan tetap mempertimbangkan ukuran dimensi kedalaman ruang elevator.

4. KECEPATAN ELEVATOR (LIFT)
Waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari lantai paling atas ke lantai paling bawah tidak lebih dari 30 detik.
- kecepatan dipilih tergantung tinggi gedung
- makin tinggi gedung, makin cepat lift
- kecepatan mempengaruhi :
- waktu bolak-balik lift
- waktu menunggu lift
- sebagai batas kecepatan diambil gerak jatuh bebas oleh gaya tarik bumi ( 10 mtr/dt)
- kecepatan rendah lift = 1 mt /detik
- kecepatan tinggi lift = mendekati 10 mtr/detik

Hubungan antara kecepatan elevator dan jumlah lantai adalah sebagai berikut :


5. JUMLAH ELEVATOR (LIFT) 

- Pada gedung tinggi, dibagi perzona vertikal
– Pembagian dalam zona untuk menghemat lift
– tinggi 1 zona = +/- 20 lantai
N = (2*n*T(A2-M3))/(3*m*(n*T+40000)) buah lift




- dihitung seteliti mungkin,

Untuk Zone lebih dari 1, dapat dihitung dengan persaman sebagai berikut :
N = (2*n*T(A2-M3))/(3*m*(n*T+40000)) buah lift
Zone 2 (Lt dasar s.d Lantai “x”) :
N2 = (2*a*n2*T2*P)/(600*a”*m+3*m*n2*T2*P)
N1 = (2*n1*T1*P(a-6*m))/(3*m(200*a”+ n1*T1*P)


6. WAKTU MENUNGGU LIFT 

Kesabaran orang menunggu tergantung kota, negara (kota besar kurang sabar)
- waktu tunggu, – 30 detik (perkantoran)
- 60 detik ()
- waktu menunggu = (waktu bolak-balik/jumlah lift)
W = T/N detik


7. TENAGA/ENERGI LISTRIK (UNTUK LIFT) 

Energi yang dibutuhkan lift dengan,
- kapasitas = m orang
- kecepatan = s mtr/detik
adalah sama dengan energi potensial lfit berikut muatannya.
- untuk menghemat listrik, tinggi gedung dibatasi
- tenaga listrik yang dibutuhkan hanya untuk mengerek muatan lift saja
- lift dalam keadaan kosong dapat dibuat seimbang oleh bandul (counterweight) lift
- jika 1 orang = 75 kg, dengan kapasitas (m) orang, maka energi potensial setinggi “h” meter
(tinggi lantai ke lantai) = 75*m*h kgm
Ini ditempuh dalam h/s detik.

Daya = (kerja/waktu)             = (75*m*h)/(h/s)
= 75*m*s kgm/det
= m*s HP
1 HP = 0.746 kWatt
Daya (E) = (0.746)*m*s kWatt


8. PENENTUAN SERVICE FLOOR

Tujuan dilakukan pembagian zone untuk masing-masing lift/group lift ditujukan untuk menurunkan waktu transportasi, meningkatkan rental rates dsb.
Pembagian zone mengacu pada pembaain elevator service terhadap jumlah zone, dan instalasi elevator group ditujukan untuk masing-masing zone.
Disarankan, sebaiknya ditentukan area service 10 ~ 15 lantai untuk masing-masing zone.

Rules of Tumb
1. Untuk bangunan tinggi, 1 orang = 11,65 m2 Lantai
2. Jumlah penghuni/pemakai gedung :
-  225 s.d 250 orang = 1 elevator
– tinggi bangunan kurang dari 20 lantai
– typical floor lebih dari 930 m2
3. 1 (satu) elevator service untuk +/- 27800 m2 Lantai
4. Ratio elevator service dengan elevator penumpang pada Hotel
0.5 : 1 atau 0.6 : 1
Referensi :
1. Thosiba Inverter High Speed PMSM Gaerless Elevator, distributed by Thosiba Elevator and Building System Corporation.
2. Mekanikal Elektrikal by Sunarno, PENERBIT ANDI
3. Buku catatan mas gilang (itb archie ’98)
4.http://elevatorescalator.wordpress.com
5. http://q1en.wordpress.com
Selengkapnya...

VENTILASI PERKANTORAN


       I.           PENDAHULUAN
Semakin maju perekonomian sebuah bangsa/negara maka akan semakin banyak dilaksanakan pembangunan gedung-gedung pemerintah, gedung-gedung komersial, infrastruktur juga fasilitas umum lainnya. Apalagi di kota-kota besar, harga tanah semakin mahal sehingga perluasan tempat tinggal secara vertikal tidak bisa dielakkan lagi. Pencarian tanah untuk kawasan tempat tinggal semakin sulit dan mahal. Pembangunan gedung tingkat tinggi (high rise buildings) merupakan sebuah solusi untuk menjawab permintaan konsumen yang semakin tinggi.
Salah satu jenis bangunan adalah gedung untuk kegiatan perkantoran. Bagian sebuah gedung yang sangat penting agar sebuah gedung dapat beroperasi dengan lancar adalah sistim utilitas gedung. Salah satu bagian dari sistim utilitas gedung adalah sub-sistim ventilasi. Dengan adanya sistim ventilasi yang baik maka penghuni gedung perkantoran akan dapat melaksanakan pekerjaannya secara produktif dan efisien.
Menurut YB Mangunwijaya dalam bukunya Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan (PT Gramedia Jakarta, 1980), tingkat pergantian yang ideal bagi ruang hunian adalah antara 70 sampai 90 meter kubik per jam. Sementara kecepatan angin yang ideal/nikmat dalam ruangan yang berventilasi adalah sekitar 0,1 m/detik hingga 0,15 m/detik. Dari kedua angka tersebut bisa dibuat hitungan besaran ventilasi yang dibutuhkan. Namun sekali lagi, bukan hanya besaran yang menentukan berhasilnya suatu sistem penghawaan alami. Penempatan dari lubang-lubang ventilasi tersebut juga menentukan baik buruk aerodinamika dalam ruangan yang hendak diventilasikan.
Ventilasi pada bangunan diperlukan untuk mengolah udara secara serempak dengan mengendalikan temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusinya untuk memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang yang dikondisikan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kualitas ventilasi adalah PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied. Kenyamanan termal yang dinilai dengan menggunakan pendekatan psikologis yang mengartikan kenyamanan termal sebagai kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal antara lain kualitas udara dalam bangunan, sick building syndrome, dan personal.
Sistim ventilasi udara yang saat ini banyak dipergunakan di gedung-gedung perkantoran masih bisa lebih ditingkatkan lagi unjuk kerjanya. Disisi lain penghuni suatu gedung dalam kesehariannya rata-rata akan tinggal didalam gedung selama lebih dari 10 jam. Oleh sebab itu keberhasilan sistim ventilasi udara yang efektif diharapkan akan dapat lebih meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni pada sebuah gedung perkantoran.Keberhasilan sistim ventilasi tersebut sangat tergantung kepada faktor-faktor temperatur, kecepatan dan tingkat kontaminasi udara yang terjadi pada sebuah ruangan.

    II.            TEORI
Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Udara yang mengalir dan selalu berganti memang dibutuhkan oleh sistem pendingin tubuh manusia yang mengandalkan pelepasan panas tubuh melalui permukaan kulit. Udara dengan kejenuhan tinggi yang tidak mengalir di permukaan kulit kita tentu akan menghambat sistem pelepasan kalor panas dari tubuh kita. Diperlukan udara pengganti yang kurang jenuh untuk memperlancar pelepasan panas dari tubuh. Di sinilah pentingnya udara yang mengalir di satu ruangan bagi kenyamanan kita.
Hal tersebut dapat kita siasati dengan pembuatan ventilasi pada bangunan-bangunan Hunian, dimana ventilasi tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap didalam kelembaban (humudity) yang optimum.
Tujuan utama dari sebuah sistem ventilasi udara adalah untuk dapat menyediakan sebuah kondisi iklim mikro yang dapat diterima didalam sebuah ruangan, baik dari aspek kenyamanan maupun kesehatan bagi para penghuni ruangan (occupant). Dalam hal ini, iklim mikro mengacu pada lingkungan termal dan kualitas udara ruang dalam (IAQ, Indoor Air Quality). Dua faktor ini wajib dipertimbangkan pada desain sebuah sistem ventilasi udara untuk sebuah ruang atau pada sebuah gedung karena faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan kelayakan tempat beraktivitas bagi penghuni manusia atau untuk sebuah kualitas dari hasil sebuah proses industri.
Pada sebuah masyarakat modern, manusia menghabiskan waktu lebih dari 90% seluruh waktunya berada didalam lingkungan buatan (artificial environment), mungkin rumah, tempat kerja ataupun sebuah kendaraan. Sebagai reaksi dari gerakan penghematan energi yang terjadi pada awal 1970 an hal tersebut selanjutnya akan menghasilkan lingkungan ruang dalam (indoor) yang mengalami perubahan radikal, beberapa positif namun sebagian negatif. Dari sisi positif, meningkatkan tingkat kenyamanan termal dengan melalui pengembangan isolasi termal dan juga peralatan penyejukan udara atau desain sistem pemanasan. Sisi negatifnya adalah penurunan kualitas udara ruang dalam (indoor air quality) yang dialami khususnya pada gedung-gedung fasilitas umum. Istilah ‘sick building syndrome’ semakin menjadi fenomena buruk pada era penghematan energi. Permasalahan kualitas udara ruang dalam ini berkaitan dengan perawatan instalasi yang rendah, konsentrasi tinggi dari polutan yang tumbuh secara internal dan laju pemasukan (supply) udara luar rendah.
Penjelasan mengenai kenyamanan termal sebuah ruangan telah diuraikan dengan cukup baik oleh McIntyre (1980) dan pada ASHRAE Handbook (1985) juga oleh Awbi (1991). Sebelumnya, Madsen (1976) juga menjelaskan peralatantermal comfort meter yang telah tersedia secara komersial.

Ø  Tujuan Ventilasi Ruangan :
1.    Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan proses-proses pembakaran.
2.    Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
3.    Menghilangkan kalor yang berlebihan.
4.    Membantu mendapatkan kenyamanan termal.

Ø  Jenis Ventilasi :
1.      Ventilasi Alami
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi dan arah yang menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, daerah yang terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang bersebelahan.
Jika suatu ruangan terdapat kloset atau kamar mandi, maka tidak boleh terbuka langsung ke arah dapur atau pantri, ruang makan umum atau restoran, ruang pertemuan, ruang kerja lebih dari satu orang.
2.      Ventilasi Mekanik
Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai. Beberapa persyaratan dalam sistem ventilasi mekanik adalah:
a.       Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
b.      Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
c.       Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
d.      Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
e.       Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai ketentuan yang berlaku.
Kebutuhan Ventilasi Mekanis
Tipe
Catu udara segar minimum
Pertukaran udara/jam
M3/jam per orang
Kantor
6
18
Restoran / Kantin
6
18
Lobi, koridor, tangga
4

Kamar mandi
10


Perancangan sistem ventilasi mekanis adalah menentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan, menentukan kapasitas fan, dan merancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara (ducting) atau fan yang dipasang pada dinding/atap.
Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan. Jumlah laju aliran udara V (m3/detik) tersebut, dapat dihitung dengan persamaan :
V = q / f.c.(tL – tD)
dimana :
V = laju aliran udara (m3/detik).
q = perolehan kalor (Watt).
f = densitas udara (kg/m3).
c = panas jenis udara (joule/kg.0C).
(tL – tD ) = kenaikan temperatur terhadap udara luar (0C)

Ø  Ventilasi Gaya Angin
Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk adalah : kecepatan rata-rata, arah angin yang kuat, variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian, dan hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar.
Liddamnet (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebagai mekanisme penggerak. Model simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan menggunakan ilustrasi pengaruh angin pada laju pertukaran udara. Kecepatan angin biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada beberapa tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih dari beberapa jam per bulan. Karena itu, sistem ventilasi alami sering dirancang untuk kecepatan angin setengah rata-rata dari musiman.
Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan inlet oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk menghasilkan laju aliran udara :
Q = CV.A.V
dimana :
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2.
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang tegak lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).
Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tida ada tempat yang menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan tersebut akan berkurang, jika penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.
Ø  Ventilasi Gaya Termal
Jika tahanan di dalam bangunan tidak cukup berarti, aliran disebabkan efek cerobong dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = K.A. √2g. Dh NPL.(T i-To) / T i
dimana :
Q = laju aliran, m3 / detik.
K = koefisien pelepasan untuk bukaan.
DhNPL= tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m
Ti = Temperatur di dalam bangunan, K.
To = Temperatur luar, K.
Persamaan ini digunakan jika Ti > To , jika Ti < To , ganti Ti dengan To, dan ganti (Ti-To) dengan (To – Ti). Temperatur rata-rata untuk Ti sebaiknya dipakai jika panasnya bertingkat. Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet dianggap sama.

Ø  Zona Kenyamanan Ruangan
Temperatur efektif didefinisikan sebagai indeks lingkungan yang menggabung kan temperatur dan kelembaban udara menjadi satu indeks yang mempunyai arti bahwa pada temperatur tersebut respon termal dari orang pada kondisi tersebut adalah sama, meskipun mempunyai temperatur dan kelembaban yang berbeda, tetapi keduanya harus mempunyai kecepatan udara yang sama.
Standar ASHRAE untuk temperatur efektif ini didefinisikan sebagai temperatur udara ekuivalen pada lingkungan isotermal dengan kelembaban udara relatif 50%, dimana orang memakai pakaian standar dan melakukan aktifitas tertentu serta menghasilkan temperatur kulit dan kebasahan kulit yang sama.
Untuk memperoleh daerah zona yang dapat diterima sebagai daerah temperatur operatif dan kelembaban udara relatif yang memenuhi kenyamanan untuk orang melakukan aktifitas ringan dengan met kurang dari 1,2 , serta memakai pakaian dengan clo = 0,5 untuk musim panas dan clo = 0,9 untuk musim dingin.
Pada musim dingin, temperatur operatif tOP berkisar antara 200 C ~ 23,50 C pada kelembaban udara relatif 60% dan berkisar antara 20,50 C ~ 24,50 C pada 200 C dew point dan dibatasi oleh temperatur efektif 200 C dan 23,50 C. Sedangkan untuk musim panas, temperatur operatif tOP berkisar antara 22,50 C ~ 260 C pada kelembaban udara relatif 60% dan berkisar antara 23,50 C ~ 270 C pada 200 C dew point dan dibatasi oleh temperatur efektif 230 C dan 260 C. Zona kenyamanan termal untuk orang Indonesia umumnya diambil : 250C ± 10C dan kelembaban udara relatif 55 % ± 10 %.

 III.            PENUTUP
Sebuah sarana tempat tinggal manusia baik berupa sebuah rumah, gedung, kapal, pesawat terbang ataupun fasilitas umum lainnya akan dapat berfungsi dengan baik jika sistem utilitasnya dapat bekerja dengan optimal. Salah satu bagian penting dari sistem utilitas selain sub-sub sistem air bersih (plumbing), pencahayaan dan kelistrikan adalah sub-sistem ventilasi udara.
Ada dua buah indikator keberhasilan sistem ventilasi udara yang sedang diimplementasikan yaitu selain dengan dapat diwujudkannya kenyamanan termal bagi penghuni ruangan juga dapat dihasilkannya sebuah kualitas udara ruang (dalam) yang tidak terkontaminasi melebihi ketentuan aspek kesehatan.
Sistim ventilasi udara yang saat ini banyak dipergunakan di gedung-gedung perkantoran masih bisa lebih ditingkatkan lagi unjuk kerjanya. Disisi lain penghuni suatu gedung dalam kesehariannya rata-rata akan tinggal didalam gedung selama lebih dari 10 jam. Oleh sebab itu keberhasilan sistim ventilasi udara yang efektif diharapkan akan dapat lebih meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni pada sebuah gedung perkantoran. Keberhasilan sistim ventilasi tersebut sangat tergantung kepada faktor-faktor temperatur, kecepatan dan tingkat kontaminasi udara yang terjadi pada sebuah ruangan. Ketiga faktor tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter kapasitas/laju ventilasi, jumlah dan besar sumber panas, tinggi plafon, pergerakan orang (penghuni ruang), total laju/emisi gas kontaminan serta penempatan difusor.
Oleh sebab itu aspek-aspek tersebut perlu diteliti agar didapatkan sistim ventilasi yang terbaik, sehingga akan diperoleh suatu rancang bangun sistim ventilasi yang efektif dalam peningkatan kenyamanan dan penjagaan kesehatan bagi penghuni ruangan.

 IV.            DAFTAR PUSTAKA
1.      Mangunwijaya YB, Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan, PT Gramedia Jakarta, Jakarta, 1980.
2.      Chen, Q. 1988, “Indoor Airflow, Air Quality and Energy Consumption of Buildings”. Ph.D. Thesis, Delft University of Technology, The Netherlands.
3.      ASHRAE Handbook : Fundamentals, 1997, ASHRAE,Inc.
Selengkapnya...

Permasalahan Pada Compressor AC

Masalah yang terjadi pada sebuah compressor AC yang sudah melalui masa pakai cukup lama biasanya adalah ketidakmampuan compressor AC tersebut untuk memampatkan dengan baik gas refrigerant atau freon AC ke tekanan yang cukup. Dibutuhkan teknisi yang berpengalaman untuk mengevaluasi dan melakukan test pada sistem, atau untuk mengganti compressor AC tersebut.
Karena perbaikan/penggantian compressor AC membutuhkan biaya, pastikan mengapa compressor tersebut tidak berfungsi dengan baik. Pastikan juga bahwa masalah ini tidak disebabkan oleh tidak stabilnya tegangan listrik. Tegangan listrik yang fluktuatif dapat menyebabkan compressor AC tidak bekerja dengan baik sehingga AC kehilangan kemampuan pendinginan.
Masalah lain yang sering terjadi pada compressor AC diantaranya adalah; compressor sulit hidup, berisik dan terbakarnya compressor.
Seorang teknisi yang berpengalaman akan melakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum memastikan bahwa compressor telah rusak, kecuali sudah terdapat indikasi jelas bahwa terdapat masalah pada kompresor AC (berisik, sulit dihidupkan, terbakar). Pemeriksaan menyeluruh meliputi pemeriksaan kelistrikan, pemeriksaan kondisi filter dan duct serta pemeriksaan kipas pada blower.
Ketika sebuah kompresor AC terbakar, hal ini berarti bahwa kumparan didalam kompresor tersebut mengalami kerusakan parah; terjadi korsleting dan terbakar. Jika ini terjadi, jalan terbaik adalah mengganti kompresor AC.
compressor ac


Penggantian Compressor AC

Penggantian kompresor AC merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh teknisi yang terlatih. Tidak hanya karena compressor motor merupakan bagian yang paling mahal dari sebuah air conditioner, tetapi juga karena penggantian ini cukup rumit. Langkah pengerjaan:
  • Pastikan bahwa kompresor AC memang telah rusak da memerlukan penggantian.
  • Melakukan identifikasi model dan kapasitas kompresor AC sehingga penggantian dapat dilakukan secara tepat.
  • Matikan air conditioner, termasuk jaringan listrik di lokasi air conditioner tersebut dipasang
  • Kosongkan refrigerant atau freon AC. Prosedur modern memungkinkan untuk menampung refrigerant ini daripada melepasnya ke lingkungan untuk mengurangi polusi
  • Potong pipa refrigerant dan copot kompresor
  • Compressor AC yang baru dipasang dan pipa refrigerant dihubungkan kembali
  • Lakukan vacuuming pada sistem untuk megeluarkan udara dari pipa refrigerant dan compressor AC. Hal ini bertujuan juga untuk memeriksa jika terdapat kebocoran didalam sistem. Jika masih terdapat udara dan bercampur dengan refrigerant akan menyebabkan sistem tidak bekerja dengan baik. Begitu juga jika refrigerant bercampur dengan air.
  • Refrigerant dimasukkan kedalam sistem pada jumlah yang tepat. Kelebihan atau kekurangan volume refrigerant akan menyebabkan sistem tidak beroperasi dengan baik.
  • Lakukan test dan evaluasi pada sistem
Selengkapnya...

Jenis/ macam, Penggunaan dan Dasar Pemilihan Lift Untuk Gedung Bertingkat

Jenis, macam dan fungi Lift :

1. Lift Penumpang

Berfungsi untuk mengangkut penumpang dan mempunyai bukaan pintu center opening (co).

2. Lift Observation

Adalah sama dengan lift penumpang namun pada sisi belakangnya terbuat dari kaca dan ruang luncurnya juga di design dari kaca yang berfungsi untuk menampilkan keindahan design arsitektur dan memberikan kenyamanan penumpang kereta karena dapat melihat tata letak ruang dalam bangunan.

3. Lift Barang atau biasa disebut Lift Service

Berfungsi untuk mengangkut barang dalam jumlah dan berat yang tertentu dan mempunyai bukaan pintu side opening (so), dalam keadaan darurat atau kebakaran, lift barang harus dapat difungsikan sebagai lift kebakaran.

4. Lift pasien biasa disebut Lift Bed

Mempunyai bukaan pintu side opening (so) pada 2 (dua) sisi yaitu muka dan belakang (through door) berfungsi untuk mengangkut patient stretcher (brandkar) sehingga diperlukan ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d = 2.300 mm.

5. Lift Automobile

Berfungsi untuk mengangkut kendaraan (mobil) sehingga memerlukan ukuran ruang kereta sampai l =2.750 mm d =6.300 mm tergantung peruntukan jenis mobil yang akan diangkut. Lift ini berkecepatan rendah yaitu 20, 30, 45 mpm dan mempunyai sistem bukaan pintu atas – bawah dengan 2 (dua) atau 3 (tiga) panel pintu.

6. Lift fire.

Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara jajaran lift harus dapat dipergunakan untuk evakuasi ataupun transportasi bagi fire brigade. Lift yang berfungsi juga sebagai lift fire adalah lift service atau disebut juga lift barang. Karena kebutuhannya maka dinding ruang luncur, kamar mesin lift, pintu lift dan saluran kabel power harus tahan api selama minimal 1 jam, sedangkan pada lobby lantai dasar didekat lift fire harus dipasang fire man switch untuk keperluan operasional petugas fire brigade.


Penggunaan lift pada bangunan bertingkat dibagi menjadi :

  • Bangunan rendah sampai 6 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 300 kg ~ 1.000 kg dengan kecepatan 60 mpm atau 75 mpm.

  • Bangunan menengah rendah 6 ~ 20 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.000 kg ~ 1.150 kg dengan kecepatan 90 mpm atau 105 mpm.

  • Bangunan menengah tinggi 20 ~ 30 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.150 kg ~ 1.350 kg dengan kecepatan 120 mpm atau 150 mpm.

  • Bangunan tinggi diatas 20 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.350 kg ~ 1.600 kg dengan kecepatan 150 mpm ~ 300 mpm.

Dasar pemilihan passenger elevator meliputi :

1. Penentuan jumlah populasi orang dalam gedung berdasar pada peruntukan gedung yang bersangkutan yaitu

No. Jenis gedung Per luas bersih

(nett area) -- --------------------------------------------------------------------------------------

1. Perkantoran 10 m²/orang, untuk lt. 1 ~ 20

12 m²/orang, untuk lt. 21 ~ 30

14 m²/orang, untuk lt. 31 ~ 40

2. Hotel

* unit kamar @ 2 orang

* function rooms 10 m²/orang

3. Rumah Sakit

* kamar pasien 3 ~ 4 bed / kamar

* ruang praktek 3 orang / ruang

* ruang tunggu 10 m²/orang

4. Apartment

* 1 bed room (1 br) @ 2 orang

* 2 bed room (2 br) @ 3 orang

* 3 bed room (3 br) @ 4 orang

* penthouse (ph) @ 6 orang

2. Average Arrival Interval (AAI dalam detik)

Waktu tunggu rata – rata yang diperlukan dalam satuan detik.

Standard AAI yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah 25 ~ 35 detik

* gedung kantor komersial 25 ~ 35 detik

* gedung kantor instansi 30 ~ 40 detik

* hotel berbintang 40 ~ 60 detik

* hotel resort 60 ~ 90 detik

* rumah sakit 40 ~ 60 detik

* apartement kelas mewah 50 ~ 70 detik

* apartment kelas menengah 60 ~ 80 detik

* apartment kelas biasa 80 ~ 120 detik

* gedung sekolah / kuliah 40 ~ 90 detik

3. Handling Capacity (HC dalam %)

Batas kemampuan maksimum kereta dalam mengangkut sejumlah orang tiap 5 menit pertama saat jam-jam padat (rush hour) yang dihitung dalam %.

Standard HC (%) dalam 5 menit yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah 10 ~ 12 %

* gedung kantor komersial 11 ~ 13 %

* gedung kantor instansi 14 ~ 17 %

* hotel berbintang 8 ~ 10 %

* hotel resort 6 ~ 8 %

* rumah sakit 10 %

* apartement kelas mewah 5 ~ 7 %

* apartment kelas menengah 6 ~ 8 %

* apartment kelas biasa 10 ~ 11 %

* gedung sekolah / kuliah 2,5 ~ 25 %

Selengkapnya...